GRAHANEWS.COM, Jakarta – Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai serangan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terhadap pemerintahan Joko Widodo dalam hal pembangunan infrastruktur sebagai serangan bunuh diri. Sebab, kata dia, infrastruktur justru yang selama ini jadi tulang punggung kepuasan publik terhadap Jokowi.
“Ketika AHY serang infrastruktur itu bunuh diri politik, karena kepuasan publik kepada Jokowi itu infrastruktur. AHY ingin menusuk jantung Jokowi yaitu infrastuktur, ketika diserang balik nggak bisa apa-apa,” kata Adi dalam kegiatan Seminar Nasional bertajuk, “Perang Klaim Infrastruktur dan Tudingan Pemilu Curang 2024” yang diselenggarakan Lingkar Studi Politik Indonesia (LSPI) di Jakarta, Sabtu (24/9/2022).
Adi mengungkapkan, pembangunan infrastruktur 7 tahun era Jokowi dibanding dengan 10 tahun era SBY ibarat langit dan lubang sumur. “Terlalu jomplang perbandingannya,” ujarnya.
“Kalau di-head to head-kan apa yang dilakukan Jokowi 7 tahun dengan SBY 10 tahun, saya kira jauh sekali. Head to head apa yang dilakukan Jokowi dan SBY soal infrastruktur itu skornya 7-0,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu mengatakan, AHY seharusnya bukan mengkritik soal infrastruktur apalagi membandingkan dengan masa ayahnya jadi presiden. Sebab, pembangunan pada era keduanya sangat jomplang.
“Kalau yang dikritik IKN, itu akan beda. Atau harga BBM bersubsidi disandingkan dengan harga minyak dunia, itu bisa debatable. Tapi kalau infrastuktur itu bunuh diri politik,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Formappi Lucius Karus. Menurutnya, klaim AHY yang menyebut Jokowi hanya gunting pita dari proyek ayahnya tidak didasarkan pada fakta. Klaim tanpa data ini justru dinilai merugikan Demokrat secara elektoral.
“Klaim AHY itu justru berdampak negatif untuk dirinya. Alih-alih dengan pernyataan tersebut bisa mengangkut pendukung Jokowi ke gerbong Demokrat, tetapi dengan klaim tidak sesuai fakta itu justru mungkin akan mendapatkan antipati. Padahal Jokowi masih punya pengikut banyak sehingga banyak dari parpol dan tokoh yang melakukan pendekatan (dengan Jokowi) untuk mendapatkan efek elektoral,” katanya.
Di forum yang sama, Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara, Gede Pasek Suardika menyoroti pernyataan SBY yang menyebut Pemilu 2024 akan curang. Menurut Pasek, parameter pemilu curang atau tidak itu harus objektif.
“Kalau saya lihat pidato SBY itu pidato yang parameternya masih seorang bapak yang sayang anak. Karena parameternya adalah kalau ada dua kandidat, kalau anak saya tidak bisa nyalon itu melukai amanah rakyat dan curang. Parameter curang itu tidak boleh diukur dari anak bisa nyalon,” jelasnya.